You are on page 1of 15

ALUR PELAYARAN

ASRUL ASAD NASUTION


14110035
PENGERTIAN
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari
oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan
buku petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur
pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh
karena itu harus melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan arus
yang tidak terlalu kuat.
Secara umum ada bebberapa daerah yang dilewati selama perjalanan tersebut yaitu :
1. Daerah tempat kapal melempar sauh diluar pelabuhan
2. Daerah pendekatan diluar alur masuk
3. Alur masuk diluar pelabuhan dan kemudian didalam daerah terlindung
4. Saluran menuju kedermaga, apabila pelabuhan berada didalam daerah
daratan
5. Kolam putar

2
Faktorfaktor yang mempengaruhi pemilihan karakteristik alur masuk ke
pelabuhan:

Keadaan trafik kapal


Keadaan geografi dan meteorologi di daerah alur
Sifatsifat fisik dan variasi dasar saluran
Fasilitasfasilitas atau bantuanbantuan yang diberikan pada pelayaran
Karakteristik maksimum kapalkapal yang menggunakan pelabuhan
Kondisi pasang surut, arus dan gelombang

Suatu alur masuk ke pelabuhan yang lebar dan dalam akan memberikan
keuntungan:
Jumlah kapal yang dapat bergerak tanpa tergantung pada pasang surut akan
lebih besar
Berkurangnya batasan gerak dari kapalkapal yang mempunyai draft besar
Dapat menerima kapal yang berukuran besar ke pelabuhan
Mengurangi waktu penungguan kapalkapal yang hanya dapat masuk ke
pelabuhan pada waktu air pasang
Mengurangi waktu transito barangbarang

3
STANDAR DAN KRITERIA DESAIN ALUR PELAYARAN
1. Dasar Perencanaan
Keselamatan navigasi, kemudahan operasi kapal, topografi, cuaca dan fenomena laut serta koordinasi
dengan fasilitas harus menjadi pertimbangan dalam merencanakan alur pelayaran.
2. Layout Alur Pelayaran
Sudut dari garis pusat pada perpotongan alur pelayaran berbentuk kurva tidak boleh melebihi 30
derajat. Radius kurva tidak boleh kurang dari 1500m atau 4 kali atau lebih keseluruhan panjang kapal,
sedangkan lebarnya harus cukup untuk kapal bermanuver.

Meski begitu hal ini tidak berlaku jika alur pelayaran hanya dikhususkan untuk kapal dengan
kemampuan berputar tinggi seperti kapal pesiar dan perahu motor atau ketika keselamatan dan
kelancaran operasi kapal dapat dibantu oleh kendali lalulintas seperti marka dan sinyalKetentuan dalam
merencanakan trace alur pelayaran:

Sedapat mungkin trase alur harus mengikuti garis lurus


Satu garis lengkung akan lebih baik daripada sederetan belokan kecil dengan interval pendek
Garis lurus yang menghubungkan dua kurva lengkung harus mempunyai panjang minimum 10 kali
panjang kapal terbesar
Sedapat mungkin alur tersebut harus mengikuti arah arus dominan, untuk memperkecil alur
melintang
Jika mungkin, pada waktu kapal terbesar masuk pada air pasang, arus berlawanan dengan arah
kapal yang datang

4
LEBAR ALUR PELAYARAN

Lebar alur biasanya diukur pada kaki sisi-sisi


miring saluran atau pada kedalaman yang
direncanakan dengan beberapa faktor yang
menentukan seperti:
Lebar, kecepatan, dan gerak kapal
Traffic kapal (1 jalur atau 2 jalur)
Kedalaman alur
Apakah alur sempit atau lebar
Stabilitas tebing alur
Angin, gelombang, dan arus dalam alur
Rumus lebar alur pelayaran secara
sederhana adalah:
Lebar alur = 1.5B + 1.8 B + 1.5 B (satu jalur)
Lebar alur = 1.5B + 1.8 B + C + 1.8B + 1.5 B
(dua jalur)
B = lebar kapal
C = ruang bebas antara lintasan manuver
kapal = B (m)

5
Cara lain untuk menentukan lebar alur ( OCDI, 1991), yaitu :

. Kedalaman Alur Pelayaran


Kedalaman alur pelayaran harus ditentukan berdasarkan draft kapal dengan beban
penuh dari kapal terbesar yang akan direncanakan pada Chart Datum, terutama pada
level Low Water Spring, ditambah dengan keel-clearance. Kapal rencana harus
ditentukan atas dasar pertimbangan ekonomi.
Pertimbangan serupa harus diberikan terhadap jenis tanah pada alur pelayaran dan
kolam saat menentukan keel clearance.

6
Untuk mengetahui kedalaman untuk alaur pelayaran ialah menggunakan rumus
H=d+G+R+P+S+K
d = draft kapal (m)
G = gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat (m)
R = ruang kebebasan bersih (m)
P = ketelitian pengukuran (m)
S = pengendapan sedimen antara dua pengerukan (m)
K = toleransi pengukuran

Elevasi dasar alur nominal adalah elevasi dimana


tidak terdapat rintangan yang menganggu
pelayaran. Nilai S (endapan sedimen) minimum
sebesar 0.5 m (dasar laut berupa pasir) dan 1 m
(dasar laut berupa karang)
Squat adalah pertambahan draft kapal terhadap
muka air yang disebabkan oleh kecepatan kapal.
Dihitung berdasarkan dimensi dan kecepatan
kepal dan kedalaman air.

7
Kedalaman air di alur pelayaran yang ideal harus:
cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah (LWL)
dengan kapal bermuatan maksimum atau
memperhatikan jarak toleransi dari gerakan kapal yang disebabkan oleh
gelombang, angin dan arus
Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan sbb :

8
5. Jarak Pemberhentian
Panjang alur pelayaran pada gerbang masuk pelabuhan dan daerah kolam tambatan
harus memperhitungkan jarak pemberhentian kapal.
6. Ketenangan Alur
Ketenangan alur harus ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi keselamatan
kapal, tempat keberangkatan dan pemakaian tugboat. Terutama pada daerah kolam,
perlu diambil tindakan-tindakan untuk membuat ketenangan sesuai dengan ukuran serta
jenis kapal, dan ukuran tugboat ketika digunakan.
6. Perawatan Alur
Kedalaman serta lebar alur harus dirawat secara menyeluruh untuk efisiensi pelabuhan
dan keselamatan navigasi kapal.

9
STANDAR DESAIN DAN KRITERIA KOLAM BASIN

1. Dasar Perencanaan
Syarat untuk kolam antara lain sebagai berikut:
Perairan harus cukup tenang, yaitu daerah yang terlindung dari angin, gelombang, dan arus sehingga
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kapal di pelabuhan tidak terganggu.
Lebar dan kedalaman perairan disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan.
Kapal yang bersandar memiliki kemudahan bergerak (maneuver). Areal harus cukup luas sehingga
menampung semua kapal yang datang berlabuh dan kapal masih dapat bergerak dengan bebas.
Radius harus cukup besar sehingga kapal dapat melakukan gerakan memutar dengan leluasa dan
sebaiknya memiliki lintasan gerakan memutar melingkar yang tidak terputus.
Perairan cukup dalam supaya kapal terbesar masih dapat masuk saat kondisi muka air surut
terendah.

2. Lokasi dan Area Basin


Kolam harus menempati tempat dengan air yang tenang yang dapat diperoleh dengan
mempertimbangkan layout dari fasilitas seperti breakwater, piers dan alur pelayaran.

3. Area Basin untuk Buang Sauh atau Jangkar


a. Basin digunakan untuk buang jangkar atau tambatan selain itu didepan dermaga, titik tambatan,
harus memiliki luas permukaan air melebihi lingkaran dan sesuai dengan kondisi alam seperti
topografi, cuaca dan fenomena laut.

10
LUAS KOLAM UNTUK MANUVER KAPAL
a. Kolam Putar
Luas kolam untuk berputar haluan harus melebihi luas lingkaran dengan radius 1,5 kali
panjang keseluruhan kapal. Agar dapat berputar haluan (putar haluan) dengan
menggunakan jangkar ataupun tugboat, luas kolam harus melebihi luas lingkaran
dengan radius panjang keseluruhan kapal. Namun untuk kolam yang sangat tenang dan
kapal dengan kemampuan putar haluan tinggi, luas dapat dikurangi dengan jarak yang
tidak menyulitkan putar haluan.

b. Kolam Tambat
Ukuran kolam tambat harus ditentukan dengan hati-hati mempertimbangkan
pemakaian tugboat, pendorong haluan dan buritan, serta pengaruh angin dan arus.

11
c. Kedalaman Kolam
Kedalaman kolam harus 1,05 1,15 kali draft dengan beban penuh dari kapal yang
direncanakan dibawah level chart datum, mempertimbangkan gerak oscilatoris dari
kapal akibat kondisi alam seperti gelombang, angin dan arus pasang
d. Ketenangan Kolam
Kolam harus memiliki air yang tenang, untuk manuver kapal dan kegiatan
pelabuhan. Untuk memperoleh ketenangan tersebut, rencana menyeluruh harus
dibuat dengan memperhatikan pengaturan panjang dan tinggi puncak
breakwater, dan pembuatan penyerapan gelombang untuk mengurangi pengaruh
fenomena kapal seperti difraksi, overtopping dan refleksi

12
PENGERUKAN ALUR PELAYARAN
Untuk mempertahankan kedalaman dan lebar alur pelayaran sebagaimana dikehendaki
perlu dilakukan pengerukan. Pengerukan secara reguler penting khususnya
dipelabuhan-pelabuhan yang sedimentasinya tinggi ataupun disungai-sungai yang
banyak membawa material erosi atau sampah dari hulu sungai.
Menurut SNI 19-6471.3-2000 tentang Tata Cara Pengerukan Muara Sungai dan Pantai
Bagian 3: Pemilihan Pantai; Pengerukan adalah pemindahan tanah, batuan atau debris
dari bawah air dan diangkat melalui air keatas.
Pengerukan agitasi adalah pengerukan endapan dari dasar laut dan dengan
pengadukan ember bila diisi pada elevasi ujung pemotongan.
Kapal Keruk adalah peralatan mekanik, hidraulik atau listrik yang digunakan untuk
pengerukan.
Karakteristik Jenis kapal Keruk, antara lain:
a. Kapal Keruk Hisap berpalka bergerak;
b. Kapal Keruk Hisap Stationer Berpalka;
c. Kapal Keruk Potong Hisap;
d. Kapal Keruk Hisap
e. Kapal Keruk Roda Berember;
f. Kapal Keruk Grab Hopper
13
KESIMPULAN

Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan playaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari
.
oleh kapal di laut, sungai atau danau

14
15

You might also like