You are on page 1of 22

REFERAT:

PENANGANAN
SINDROMA POLIKISTIK
OVARIUM
Pembimbing : dr. Hushat Pritalianto, Sp.OG (K)
Disusun oleh : Darayani Amalia 1102013070
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. DRADJAT PRAWIRANEGARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 4 DESEMBER 2017 – 11 FEBRUARI 2018
SERANG, BANTEN
Pendahuluan

• Sindrom polikistik ovarium (SOPK atau Polycistic Ovary Syndrome)


dikenal juga dengan Stein-Leventhal Syndrome. Pada 1935pertama
kali dideskripsikan sebagai amenorrhea yang terkait dengan bilateral
polikistik ovarium.
• Adanya hiperandrogenisme dengan anovulasi kronik yang saling
berhubungan dan tidak disertai dengan kelainan pada kelenjar
adrenal maupun kelenjar hipofisis
• Obesitas juga dijumpai pada 50-60% penderita sindrom ini.
• Penyebab tidak jelas, akan tetapi terdapat bukti adanya kelainan
genetik yang kemungkinan diwariskan oleh ibu atau ayah, atau
keduanya.
• Gen tersebut bertanggung jawab atas terjadinya resistensi insulin dan
hiperandrogenisme pada wanita dengan pcos
Gambaran klinis
• Hirsutisme, timbulnya jerawat bahkan dapat timbul pola alopesia,
munculnya bulu-bulu kasar pada wanita seperti pola pertumbuhan
pada laki-laki seperti diatas bibir, dagu, dada, abdomen bagian atas
maupun dipunggung.
• Anovulasi kronis ditandai adanya gangguan haid seperti amenorrhea,
oligomenorrhea, perdarahan uterus disfungsional dan akan
menimbulkan infertilitas.
Diagnosis
• Kelainan klinis: gg menstruasi, hiperandrogenisme
• Keadaan hormonal: LH ↑, testosteron ↑, androstenedion ↑,
Hiperinsulinemia
• Gambaran ultrasonografi: ultrasonografi transvaginal didapatkan
gambaran lebih dari 10 kista pada salah satu ovarium dengan besar
kurang dari 1 cm, disertai besar ovarium 1,5 - 3 kali dari ukuran
normal.
Patofisiologi
• Pasien PCOS biasanya dengan hiperinsulinemia dan mereka memiliki
resistensi insulin. Peningkatan risiko sindrom metabolik, sebuah
pertemuan umum pada pasien dengan sindrom ovarium polikistik.
• Hiperinsulinemia + hormon luteinizing yang tinggi, perubahan
patologis lain dalam sindrom ovarium polikistik, menginduksi sel-sel
theca ovarium untuk menghasilkan >>> androgen.
• Dislipidemia terjadi pada pasien dengan sindrom ovarium polikistik
karena resistensi insulin dan produksi hepar yang berlebihan dari
aktivitas trigliserida
Diagnosis: Citeria Rotterdam
Ultrasonografi Transvaginal
Diagnosis Banding: hirsustism idiopatik
• Riwayat keluarga hirsustism
• Kemungkinan karena aktivitas 5-a-
reduktase yang berlebihan dari
folikel rambut
• Merupakan dignosis eksklusi
Diagnosis Banding: Cushing syndrome
• Hypercortisolsm
• Akumulasi lemak pada
sekitar wajah dan leher
• Buffalo hump
• Obesitas sentral
• Purple striae
PENANGANAN SINDROMA POLIKISTIK
OVARIUM
1. Anti estrogen (klomifen sitrat)
2. Operatif
3. Pil kontrasepsi kombinasi
4. Anti androgen
5. Menurunkan BB
6. Metformin atau troglitazon
Anti estrogen (Klomifen sitrat)
• Untuk menginduksi ovulasi
• Strukturnya mirip dengan estrogen → mampu berikatan dengan
reseptor estrogen sehingga mempengaruhi aktivitas hipotalamus
• Mesipun estrogen dalam darah meningkat namun kapasitas reseptor
estrogen menurun → memicu sekresi GnRH → kel. Hipofisis sekresi
FSH → ovulasi
• Tidak boleh lebih dari 6 bulan karena meningkatkan resiko Ca ovarium
• Jika pasien gagal hamil berikan human menopausal gonadotropine
(hMG) atau human follicle stimulating hormone (hFSH) →
merangsang ovarium menghasilkan ovum, risiko kehamilan multiple
Operatif
• Jika pemberian obat-obatan tidak efektif
• Pasien bisa menjalani pembedahan untuk mengangkat
sebagian ovarium (reseksi baji) atau kauterisasi kista
(menghancurkan kista dengan arus listrik).
Pil kontrasepsi kombinasi
• Pil yang mengandung sintetik estrogen dan preparat progesteron
yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya
ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan
hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa serviks (leher
rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium.
• Supresi LH → menurunkan androgen dan testosteron
• Komplikasi: eksaserbasi resistensi insulin dan peningkatan TGA
(meningkatkan risiko penyakit cardiovaskuler dan DM)
Pil kontrasepsi kombinasi
 Estrogen-progestin menekan LH
 Estrogen menstimulasi
peningkatan SHBG
 menurunkan produksi androgen
dari adrenal
 progestin menghambat aktivitas
5-a-reductase di kulit
Anti androgen
• Anti androgen untuk hiperandrogenisme (seperti hirsutisme)
 Siprosteron Asetat (progesin sintetik): Jika dikombinasikan dengan
etinilestradiol dapat dipakai sebagai kontrasepsi dan memperbaiki siklus
mestruasi
 Spironolakton: meningkatkan katabolisme androgen di mana testosteron
diubah menjadi estradiol. Sering menyebabkan siklus menstruasi yang tidak
teratur sehingga harus dikombinasi dengan kontrasepsi oral dosis rendah
• 8-18 bulan sebelum responnya dapat terlihat
Menurunkan BB
• pasien sindrom ovarium polikistik yang sebagian
besar obesitas
• penyebab kegagalan pemicuan ovulasi dengan
klomifen sitrat
• BB makin naik dosis klomifen sitrat yang
dibutuhkan semakin tinggi
• Ovulasi dapat terjadi secara spontan dan dapat
mengurangi kejadian resistensi insulin
Metformin atau troglitazon

• Sensitifitas tubuh terhadap insulin meningkat → dapat memperbaiki


kelainan hormonal
• Konsentrasi testosteron bebas menurun sebagai akibat berkurangnya
produksi testosteron dan meningkatnya SHBG
• Tidak menyebabkan hipoglikemi
• Efek samping yang paling sering adalah keluhan gastrointestinal
Daftar pustaka

• Fahimeh, R T. Polycystic ovary syndrome :an apparently simple yet challenging diagnosis. Int J Endocrinol
Metab. 2015; 13(3):e28557
• Ali B. Sindrom ovarian polikistik dan penggunaan GnRH. Divisi Imunoendokrinologi, Departemen Ginekologi
dan Obstetric, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012; 39(8).
• Maharani L, Wratsangka R. Sindrom ovarium polikistik: permasalahan dan penatalaksanaannya. J Kedokter
Trisakti: September-Desember 2002, Vol.21 No.3
• Aida, hanjalic-beck. et all. Metformin versus acarbose therapy in patients with polycystic ovary syndrome
(PCOS): a prospective randomised double-blind study. Gynecological Endocrinology. 2010; 26(9): 690–697
• Wahyuni M, dkk. Hubungan Resistensi Insulin dengan Gambaran Klinis Sindrom Ovarium Polikistik. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)
• Saftarina R. Pengaruh Sindrom Polikistik Ovarium terhadap Peningkatan Faktor Risiko Infertilitas. Majority:
April 2016, Vol.5 No. 2
• Sirmans SM, Pate KA. Epidemiology, diagnosis, and management of polycystic ovary syndrome. Clin
Epidemiol 2013 6:1–13

You might also like