You are on page 1of 33

INFEKSI AVIAN

INFLUENZA H5N1
PADA MANUSIA

Dr. Andreas Arie, SpPD-KKV


CARDIOVASCULAR DIVISION INTERNAL MEDICINE DEPARTMENT
MEDICAL FACULTY DIPONEGORO UNIVERSITY
PENDAHULUAN

 Penyakit menular yang disebabkan virus influenza


tipe A dan ditularkan oleh unggas.
 Burung, khususnya burung air merupakan host
alami.
 Menyebabkan wabah pada perternakan unggas dg
kematian mencapai 100%
 Pada burung tdpt 2 btk :
- Btk I sebabkan gejala ringan
- Btk II gejala berat  highly pathogenic
PENDAHULUAN (2)

TANDA & GEJALA UNGGAS


TERINFEKSI
• Kehausan
• Pembengkakan Jenger & sekitar mata
• Perdarahan jengger
• Kesulitan bernafas
• Mati dalam 24 – 48 jam

Normal hanya menginfeksi burung, tetapi


sekarang melompati barier spesies dengan
menginfeksi manusia dengan tingkat kematian yg
tinggi.
Kewaspadaan terhadap
Pandemi Avian Flu

 Jumlah negara yang terjangkiti wabah avian


influenza meningkat.
 Jumlah kasus pada unggas atau manusia
meningkat.
 Angka kematian yang tinggi. (CFR > SARS)
 Virus influenza pada manusia tersebar di
wilayah asia.

Meningkatnya risiko penularan dari manusia ke


manusia dengan potensi menjadi Pandemi
PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA
DI NEGARA ASIA
KRONOLOGIS PENULARAN
VIRUS AVIAN INFLUENZA
PADA MANUSIA
•2 kasus mns H5N1 di
•Infeksi Avian Influenza Hkg stlh dr China
diHong Kong 1 mati.
• 18 kasus mns dan •1 kasus H9N2 sembuh
6 mati (33%) Kasus H7N7 di Belanda
• 1,5 juta ayam dibunuh 83 kasus 1 mati

•Infeksi AI di 9 neg asia


Diisolasi virus Wabah
•12/1/04 kasus I di Viet
H9N2 pd 2 anak di dipeternakan
•23/1/04 di Thai
Hongkong Hongkong
•50 kasus 38 mati

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005


PENULARAN VIRUS PADA
MANUSIA

SUN G
LANG

15 HA
9 NA Virus Virus
Burung Manusia

Reassortment
virus
PENULARAN VIRUS PADA
MANUSIA
 Feses
 Sekret respirasi
 Air yg terkontaminasi
 Vektor mekanik
- sepatu, alat angkut
 Pasar burung hidup
 Migrasi
 Perdagangan internasional
PATOGENESIS (1)
 Penularan lewat udara, air
tercemar sekret / feses unggas
yang terinfeksi virus.
 Masa inkubasi 1 – 3 hari
 Replikasi virus dalam epitel
saluran nafas  nekrosis sel
 Inflamasi sebagai respon infeksi
& prot virus yg toksik
PATOGENESIS (2)
 Nekrosis epitel brokhiolar & alveoli
 Perdarahan intraalveolar
 Edema alveoli terisi eksudat

 Hipoksia dan gejala pernafasan berat

ARDS MODS Kematian


DEFINISI KASUS
 Pasien dg gejala :
1. Demam > 38°C DAN
2. Lebih dari 1 gejala berikut : batuk, nyeri
tenggorokan, sesak nafas.
3. Pemeriksaan Klinis dan laboratorium sedang
berlangsung

KASUS OBSERVASI
DEFINISI KASUS SUSPEK
 Pasien dg gejala :
1. Demam > 38°C DAN
2. Lebih dari 1 gejala : batuk, nyeri tenggorokan,
sesak nafas.
3. DAN salah satu dibawah ini :
a. 1 mg terakhir mengunjungi peternakan yg terjangkit KLB AI.
b. Kontak dgn kasus konfirmasi AI dlm masa penularan.
c. Bekerja pd lab 1 mg yg sedang memproses spesimen manusia atau
binatang yg dicurigai menderita AI.
DEFINISI KASUS PROBABLE
KASUS SUSPEK
+
1. Tes rapid dg Antigen H5N1 (+)
2. Dalam waktu singkat berlanjut  pneumonia, gagal
nafas & meninggal
3. Tdk ada alternatif penyebab lain
DEFINISI KASUS
KONFIRMASI
KASUS “PROBABLE”
+
1. Kultur virus AI H5N1 (+)
2. PCR Influenza H5 (+)
3. Peningkatan titer antibodi H5 > 4 x
GAMBARAN KLINIS
 Gejala sama dgn gejala ISPA
 Demam, batuk, pilek,
sakit kepala, lemas, nyeri otot dan nyeri tenggorokan
 Dalam waktu singkat menjadi berat dan terjadi
pneumonia.
 Tahap lanjut menjadi gagal nafas & gagal organ 
kematian

Laborat  limfopenia
DIAGNOSIS
 Anamnesis : faktor risiko dan gejala
 Gejala klinik, pemeriksaan fisik.
 Pasien akan cepat memburuk
 Penunjang :
1. Laboratorium :
a. Darah lengkap : Hb, lekosit, Hitung jenis,
trombosit, LED, albumin, glob, ureum creatinin,
creatinine kinase, AGD, SGPT, SGOT.
b. isolasi virus dari bahan darah, apusan
tenggorok/hidung, alat tubuh yg lain.
c. Serologi deteksi antibodi (ELISA), deteksi antigen
(HI, IF, FA).
d. PCR
2. Radiologis
GAMBARAN RADIOLOGIS

NEJM, 18 Maret 2004

•Infiltrat difus / multifokal


•Konsolidasi lobular / segmental
PENATALAKSANAAN
 Pasien di rawat dalam ruang isolasi → Kewaspadaan
thd penularan melalui udara (airborne transmission)
 Selama masa penularan yi. 7 hari pertama sejak timbulnya
gejala demam (>38oC)
 Di ruang rawat biasa
 Setelah hasil usap nasofaring negatif berulang kali dengan
PCR atau biakan
 Setelah hari ke 7 demam KECUALI
 Demam berlanjut sampai 7 hari  sesuai pertimbangan
dokter yang merawat  kasus demi kasus
 Oksigenasi, jk terdapat sesak nafas.
 Hidrasi, pemberian cairan IV
 Diberikan terapi antivirus :
 Suportif
 Simptomatik
 Antibiotika jika terjadi infeksi sekunder
 Pd kasus dgn Respiratory distress  terapi
sesuai prosedur RDS rawat PICU.
Terapi Antivirus :
- Oseltamivir (Tamiflu) : < 15kg -> 2x30mg/hr
15-23kg -> 2x45 mg/hr, 23-40kg -> 2x60mg/hr,
>40 kg-> 2x75mg/hr --- selama 7 hari.
- Amantadine atau Rimantidine diberikan pada awal
infeksi, sedapat mungkin dalam 48 jam pertama dan
diberikan 3-5 hari dg. Dosis 5 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis, bila lebih 45 kg diberikan 100 mg , 2 kali sehari.
Terapi Antibiotik :
- Mencegah infeksi sekunder
- Jenis bakteri Staphylococcus, Streptococcus,
Haemofilus influenza
- Pd penderita susceptible, imunocompromised.
- Jenis Antibiotika : beta laktam, makrolide,
cephalosporine .
Metilprednisolon :
- 1-2mg/kgBB iv
- Pnemonia berat, ARDS, sepsis

Penunjang : simtomatik, vitamin, makanan bergizi

Rawat ICU :
- Gagal napas
- ARDS
- Syok
Transport:
- masker utk pasien
- alat perlindungan perorangan* lengkap
- kontak dengan pasien seminimal mungkin
- cuci tangan dengan baik dan benar
- desinfeksi alat transport dan peralatan lain

* baju operasi, sepatu bot karet, sarung tangan, gaun luar/ celemek,
penutup kepala, masker N95, goggles
RUANG ISOLASI

 Lepas cincin, arloji dll; lepas pakaian luar/ dalam


 Kenakan baju operasi
 Kenakan masker N95, goggles, penutup kepala, sepatu
bot karet
 Cuci tangan
 Kenakan pakaian pelindung (gaun luar, sarung tangan,
celemek)

* semua APP rendam dlm lrt klorin 0,5%


A. Pemulangan penderita rawat inap
- Penderita tidak demam selama 48 jam
- Perbaikan x foto thorak
- Laboratorium normal
B. Follow up
- Penderita wajib melakukan kontrol
- Kontrol dilakukan 1 minggu setelah pulang
- Pd waktu kontrol periksa lab dan foto thorak
PENCEGAHAN (1)
Pada Unggas :
• Memusnahkan unggas yg
terinfeksi flu burung.
• Karantina & desinfeksi daerah
peternakan yg terjangkiti
• Vaksinasi unggas yg sehat
PENCEGAHAN (2)
Pada manusia kelompok risiko tinggi :
Mencuci tangan dg desinfektan &
mandi sehabis bekerja
Hindari kontak langsung dg unggas terinfeksi
Alat perlindungan diri (masker,sarung tangan, kaca mata)
Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja
Membersihkan kotoran unggas tiap hari
Imunisasi
Masyarakat Umum :
Menjaga daya tahan tubuh & mengolah unggas dg benar
Memakai pelindung jika kontak dengan unggas (masker,sarung
tangan, kaca mata)
Memusnahkan unggas yang terkena flu burung
Tidak mengkonsumsi unggas yang terinfeksi/sakit
Pola hidup sehat : cuci tangan, pola makan yang baik dan sehat
(>>anti oksidan)
Vaksinasi → tidak banyak membantu :
• Virus berubah2 terus → vaksin juga harus menyesuaikan
• Harga mahal diutamakan untuk USILA
Obat antiviral (oseltamivir/tamiflu,zanamivir) → hanya bersifat
profilaksis/mencegah
Pencegahan pada manusia

You might also like