You are on page 1of 14

TUGAS PIKP

Anggota Kelompok:
Made Wirakumara Kamasan (1813511008)
I Gede Agus Novanda (1813511017)
Gulielmus Nanda Iobel Arijuato (1813511037)
Timothy kenoly (1813511045)
MARITIME LAW / HUKUM MARITIM
Beda halnya dengan peraturan yang LAUTAN INTERNASIONAL
berlaku di wilayah daratan suatu negara.
Sebagian besar dari wilayah lautan di
dunia tidak memiliki badan-badan hokum
yang mengatur kegiatan-kegiatan yang
terjadi di wilayah lautan tersebut.

Oleh karena itu, melalui konvensi-


konvensi internasional, dicetuskanlah
seperangkat peraturan yang mengatur
wilayah perairan dunia yang dikenal
dengan sebutan maritime law atau * Hukum maritim
wilayah biru tuaadalah himpunan
merupakan peraturan-
bagian dari perairan
peraturan termasuk
Internasional perintahperintah dan
hukum maritim. larangan-larangan yang bersangkut paut dengan
lingkungan maritim dalam arti luas, yang
Contoh dari hukum maritim adalah mengurus tata tertib dalam masyarakat maritim
dengan adanya penetapan dan oleh karena itu harus ditaati oleh
• Perairan Teritorial masyarakat itu dengan tujuan untuk menjaga
• Perairan Contiguous/ Tambahan kepentingan tiap-tiap menusia dalam masyarakat
• Perairan Zona Ekonomi Eksklusif maritim, supaya kepentingannya tidak dapat
(ZEE) diganggu.
PERAIRAN TERITORIAL
Setiap negara di dunia memiliki Wilayah ini dianggap sebagai Akan tetapi tidak jarang negara
wilayah perairan teritorial. Pada bagian dari wilayah kedaulatan tersebut akan memperbolehkan kapal-
awalnya wilayah perairan teritorial negara tersebut sehingga kapal asing untuk melintasi perairan
sepanjang 3 mil dari garis pantai peraturan-peraturan yang berlaku teritorialnya dengan asumsi bahwa
(jarak tembakan bola Meriam) di negara tersebut berlaku pula di kapal tersebut akan melewati wilayah
akan tetapi pada tahun 1980 batas wilayah perairan ini. perairan ini dengan cepat tanpa
laut territorial ditetapkan berlabuh dan tidak melakukan
sepanjang 12 mil dari garis pantai kegiatan-kegiatan yang merugikan
negara tersebut. negara tersebut seperti membuang
limbah, mencuri ikan, dan lainnya.
PERAIRAN CONTIGUOUS / TAMBAHAN
Perairan contiguous atau Contoh Kegiatan yang berlangsung di ZEE:
perairan tambahan ini
merupakan wilayah perairan
sepanjang 12 mil dari batas
perairan territorial dimana
negara yang sebelumnya
memiliki kekuasaan terhadap
wilayah laut teritorial memiliki
hak untuk menegakkan Pembersihan tumpahan Penghentian
peraturan-peraturan yang minyak akibat bencana penyelundupan narkoba
berhubungan dengan: deepsea horizon yang melalui laut oleh penjaga
• Perpajakan dilakukan oleh Amerika pantai Amerika Serikat di
• Imigrasi Serikat yang terletak 16 mil wilayah perairan Florida.
• Bea Cukai dari garis pantai.
• pencemaran lingkungan
Yang terjadi di wilayah perairan
ini.
PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE)
wilayah perairan yang disebut Contoh Kegiatan yang berlangsung di ZEE:
dengan Zona Ekonomi Eksklusif yang
mencakup wilayah perairan yang
berada 200 mil dari garis pantai suatu
negara. Wilayah ini merupakan
penanda dimana kegiatan komersil
seperti kegiatan penangkapan ikan,
dan pengeboran minyak di wilayah
Zona Ekonomi Eksklusif ini hanya
boleh dilakukan oleh negara yang
Pengeboran minyak lepas pantai Kegiatan penangkapan ikan di
bersangkutan.
di wilayah perairan Karimata, wilayah perairan ZEE hanya boleh
Indonesia. dilakukan oleh negara yang
bersangkutan
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Permasalahan mengenai penegakkan hukum
maritim ini muncul ketika terdapat wilayah
laut antar dua negara yag kurang dari 400
mil sehingga batasan perairan mereka saling
tumpang-tindih. Contohnya ialah wilayah
perairan Laut Cina Selatan dimana batas
perairan atara Cina, Malaysia, Filipina,
Vietnam, Taiwan, dan Brunei Darussalam
yang mengakibatkan perseteruan antara
negara-negara tersebut.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Pada umunya permasalahan ini diselesaikan
dengan cara membagi wilayah perairan ini
sesuai dengan tempat bertumpuknya batas
perairan ini. Akan tetapi negara-negara yang
bersetru di perairan Laut Cina Selatan
enggan mengambil langkah ini dikarenakan
potensi sumber daya alam yang melimpah di
wilayah perairan ini.
Walaupun telah terdapat berbagai usaha
untuk menyelesaikan permasalahan ini Pertemuan antar petinggi- Pertemuan antar petinggi-
mulai dari perundingan dan pembuatan petinggi negara ASEAN petinggi negara ASEAN dengan
kesepakatan-kesepakatan multilateral antar dengan perwakilan negara perwakilan negara Cina pada
negara-negara yang berseteru. Namun Cina pada 2013. tahum 2016 di Laos yang
hingga saat ini belum ada kesepakatan yang membahas mengenai konflik laut
dicapai antar negara negara yang berseteru Cina Selatan.
di wilayah Laut Cina Selatan.
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA BATAS LAUT

• INDONESIA – MALAYSIA (1969)


Pada Agustus 1969, Malaysia mengumumkan bahwa lebar wilayah
lautnya menjadi 12 mil, sehingga garis batas masing-masing wilayah
laut di Selat Malaka menjadi kurang dari 24 mil laut.
Atas pertimbangan tersebut, dilaksanakan perundingan (Februari-
Maret 1970) yang menghasilkan perjanjian tentang penetapan
garis Batas Laut Wilayah kedua negara di Selat Malaka. Penentuan
titik koordinat tersebut ditetapkan berdasarkan Garis
Pangkal masing-masing negara.
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA BATAS LAUT

MoU RI dengan Malaysia yang ditandatangani pada 27 Oktober 1969 yang


menetapkan Pulau Jara dan Pulau Perak sebagai acuan titik dasar dalam
penarikan Garis Pangkal jelas jelas merugikan pihak Indonesia,
karena median line yang diambil dalam menentukan batas landas
kontinen kedua negara tersebut cenderung mengarah ke perairan
Indonesia.

Tidak hanya itu, Indonesia juga belum ada kesepakatan dengan pihak
Malaysia tentang ZEE-nya. Penentuan ZEE ini sangat penting dalam upaya
pengelolaan sumberdaya perikanan masing-masing negara.
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA BATAS LAUT

Akibat belum adanya kesepakatan ZEE antara Indonesia dengan


Malaysia di Selat Malaka, sering terjadi penangkapan nelayan oleh
kedua belah pihak. Hal ini disebabkan karena Malaysia menganggap
batas Landas Kontinennya di Selat Malaka, sekaligus merupakan
batas laut dengan Indonesia. Hal ini tidak benar, karena batas laut
kedua negara harus ditentukan berdasarkan perjanjian bilateral.

Jika ditinjau dari segi geografis, daerah yang memungkinkan rawan


sengketa perbatasan dalam pengelolaan sumber-sumber perikanan
adalah di bagian selatan Laut Andaman atau di bagian utara Selat
Malaka.
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA BATAS LAUT

• INDONESIA – SINGAPURA
Penentuan titik-titik koordinat pada Batas Laut Wilayah Indonesia dan Singapura
didasarkan pada prinsip sama jarak (equidistance) antara dua pulau yang
berdekatan.
Permasalahan muncul setelah Singapura dengan gencar melakukan reklamasi
pantai di wilayahnya. Sehingga terjadi perubahan garis pantai ke arah laut (ke
arah perairan Indonesia) yang cukup besar. Bahkan dengan reklamasi, Singapura
telah menggabungkan beberapa pulaunya menjadi daratan yang luas.
Untuk itu batas wilayah perairan Indonesia – Singapura yang belum ditetapkan
harus segera diselesaikan, karena bisa mengakibatkan masalah di masa
mendatang. Singapura akan mengklaim batas lautnya berdasarkan Garis
Pangkal terbaru, dengan alasan Garis Pangkal lama sudah tidak dapat
diidentifikasi.
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA BATAS LAUT

• INDONESIA – THAILAND
Garis Batas Landas Kontinen Indonesia dan Thailand adalah garis lurus yang
ditarik dari titik pertemuan ke arah Tenggara. Hal itu disepakati dalam
perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan Thailand tentang
penetapan Garis Batas Dasar Laut di Laut Andaman pada 11 Desember
1973.
Titik koordinat batas Landas Kontinen Indonesia-Thailand ditarik dari titik
bersama yang ditetapkan sebelum berlakunya Konvensi Hukum Laut PBB
1982. Karena itu, sudah selayaknya perjanjian penetapan titik-titik
koordinat di atas ditinjau kembali.
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA BATAS LAUT

• INDONESIA – AUSTRALIA
Adapun persetujuan antara Indonesia dengan Australia tentang
penetapan batas-batas Dasar Laut, ditanda tangani paada 7
Nopember 1974. Pertama, isinya menetapkan lima daerah
operasional nelayan tradisional Indonesia di zona perikanan
Australia, yaitu Ashmore reef(Pulau Pasir); Cartier Reef (Pulau
Ban); Scott Reef (Pulau Datu); Saringapatan Reef, dan Browse.
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA BATAS LAUT

• INDONESIA – FILIPINA
Berdasarkan dokumen perjanjian batas-batas maritim Indonesia dan
Filipina sudah beberapa kali melakukan perundingan, khususnya mengenai
garis batas maritim di laut Sulawesi dan sebelah selatan Mindanao (sejak
1973). Namun sampai sekarang belum ada kesepakatan karena salah satu
pulau milik Indonesia (Pulau Miangas)yang terletak dekat
Filippina,diklaimmiliknya. Hal itu didasarkan atas ketentuan konstitusi
Filipina yang masih mengacu pada treaty of paris 1898. Sementara
Indonesia berpegang pada wawasan nusantara (the archipelagic
principles) sesuai dengan ketentuan Konvensi PBB tentang hukum laut
(UNCLOS 1982).

You might also like