You are on page 1of 27

REHABILITASI

MEDIS PADA
SKOLIOSIS
Presentan:
Ayi Abdul Basith
Reva Anggarina Japar

Preseptor:
Ami Rachmi, dr., Sp. KFR

SMF REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT
DEFINISI
Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang berupa lengkungan ke samping/
lateral. Jika dilihat dari belakang, tulang belakang pada skoliosis akan berbentuk
seperti huruf “C” atau “S”.

2
ETIOLOGI
Penyebab dan patogenesis scoliosis belum dapat ditentukan
dengan pasti.
Kemungkinan penyebab pertama ialah genetik. Banyak studi
klinis yang mendukung pola pewarisan dominan autosomal,
multifaktorial, atau X-linked. Penyebab kedua ialah postur,
yang mempengaruhi terjadinya skoliosis postural kongenital.
Penyebab ketiga ialah abnormalitas anatomi vertebra dimana
lempeng epifisis pada sisi kurvatura yang cekung menerima
tekanan tinggi yang abnormal sehingga mengurangi
pertumbuhan, sementara pada sisi yang cembung menerima
tekanan lebih sedikit, yang dapat menyebabkan pertumbuhan
yang lebih cepat. Selain itu, arah rotasi vertebra selalu menuju
ke sisi cembung kurvatura, sehingga menyebabkan kolumna
anterior vertebra secara relative menjadi terlalu panjang jika
dibandingkan dengan elemen-elemen posterior.
3
ETIOLOGI
Penyebab keempat ialah ketidakseimbangan dari kekuatan dan
massa kelompok otot di punggung. Abnormalitas yang
ditemukan ialah peningkatan serat otot tipe I pada sisi
cembung dan penurunan jumlah serat otot tipe II pada sisi
cekung kurvatura. Selain itu, dari pemeriksaan EMG
didapatkan peningkatan aktivitas pada otot sisi cembung
kurvatura.

4
KLASIFIKASI
Posisi yang salah atau tarikan otot paraspinal
unilateral, yang dapat disebabkan karena nyeri
punggung dan spasme otot. Perbedaan panjang
tungkai, herniasi diskus, spondilolistesis, atau penyakit
FUNGSIONAL pada sendi panggul juga dapat menyebabkan
terjadinya skoliosis fungsional. Pada skoliosis
fungsional, tidak terjadi rotasi vertebra yang
bermakna, dan biasanya reversibel.

Skoliosis struktural biasanya tidak reversibel dan bisa


STRUKTURAL berupa skoliosis idiopatik, kongenital, atau yang
didapat (skoliosis neuromuskular).

5
GEJALA KLINIS
Masalah yang dapat timbul
akibat skoliosis ialah
penurunan kualitas hidup dan
disabilitas, nyeri, deformitas Hal-hal yang harus
yang mengganggu secara diperhatikan pada
kosmetik, hambatan pemeriksaan fisik ialah deviasi
fungsional, masalah paru, prosesus spinosus dari garis
kemungkinan terjadinya tengah, punggung yang
progresifitas saat dewasa, dan
gangguan psikologis. tampak miring, rib hump,
asimetri skapula, kesimetrisan
pinggul serta bagian atas dan
bawah trunkus (bahu dan
pelvis), dan perbedaan
panjang tungkai.

6
Yang harus dicatat pada saat
pemeriksaan skoliosis ialah
RADIOLOGI
bentuk dan derajat kurvatura
yang terbentuk pada berbagai Teknik standar untuk
posisi. Deskripsi kurvatura mengukur sudut kurvatura
harus meliputi panjang
skoliosis ialah sudut Cobb.
segmen dimana kurvatura
dimulai dan berakhir, bentuk Pemeriksaan radiografi
(C atau S), dan arah puncak dilakukan dengan posisi
kurvatura. Skoliometer dapat berdiri, kecuali jika kondisi
digunakan untuk mengukur pasien tidak memungkinkan
sudut kurvatura tanpa foto maka posisi yang dipilih ialah
radiografi. posisi terlentang.
Panggul, pelvis, dan femur,
bagian proksimal harus
Pemeriksaan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dilakukan atas terlihat. Kurva skoliosis
indikasi nyeri, gangguan dikatakan ringan bila sudut
neurologik, kurvatura torakal kiri, Cobb yang terbentuk < 25°;
skoliosis juvenil idiopatik, progresi sedang (25° -45°); berat > 45°.
yang cepat, dan defek kulit.
7
8
TATALAKSANA REHAB MEDIS
Indikasi observasi ialah skoliosis dengan sudut kurvatura
<25° pada pasien yang masih dalam masa pertumbuhan
dan <50° pada pasien yang pertumbuhannya telah
berhenti. Pemeriksaan dilakukan setiap 6-9 bulan untuk
kurvatura <20° dan tiap 4-6 bulan untuk kurvatura >20°.
Peralatan eksternal yang dapat digunakan untuk terapi
skoliosis, antara lain gips plaster, brace, atau kombinasi.
Tujuan penggunaan alat-alat ini ialah untuk mengoreksi
kurvatura skoliosis yang ada atau mempertahankan
koreksi yang telah dilakukan oleh terapi operasi.
Penggunaan brace direkomendasikan pada skoliosis
dengan kurvatura >20 pada pasien yang masih dalam
masa pertumbuhan dan dengan progresifitas sebesar 5-
10 dalam periode 6 bulan.

9
Pemakaian Boston brace paling efektif pada
skoliosis dengan puncak kurva di T6 sampai L3.
Milwaukee brace atau Cervico Torakal Lumbo Sacral
Orthosis (CTLSO) merupakan brace yang memberikan
sanggahan pada pelvis dan koreksi dengan deformitas
rotatorik secara statik.

Indikasi penggunaan Milwaukee Brace meliputi


skoliosis tahap awal yang sedang berkembang dan
mendekati sudut kurvatura 20. Kurvatura yang
melebihi 50 bukan merupakan kandidat yang tepat
untuk penggunaan Milwaukee Brace.

12
Latihan pada pasien skoliosis bertujuan utama
untuk mencegah morbiditas sekunder dan
mengurangi proses ekstraspinal.
Pada kasus skoliosis idiopatik terutama pada
pasien yang menggunakan brace, latihan Latihan dengan metode Klapp meliputi
penguatan otot-otot perut dan bokong harus latihan peregangan dan penguatan otot-
dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi otot punggung dengan menggunakan
otot. posisi kucing dan posisi berlutut yang
Latihan lingkup gerak sendi fleksor panggul juga menyerupai hewan berkaki empat.
harus dilakukan untuk mencegah kontraktur. Latihan ini merupakan bentuk terapi
Latihan yang dilakukan bertujuan untuk dimana digunakan postur peregangan
asimetris.
memperbaiki postur, meningkatkan fleksibilitas,
Berbeda halnya dengan latihan metode
serta memperbaiki tonus ligamen dan otot.
Woodcock yang menekankan pola
latihan koreksi derotasi dan perbaikan
otot intrinsik tulang punggung.
13
14
Latihan metode X merupakan kombinasi
latihan Woodcock dan Klapp. Latihan ini
Metode Schroth ialah salah satu bentuk
mudah dikerjakan, dapat dikerjakan setiap
terapi skoliosis yang menggunakan latihan
hari, dan tidak memerlukan tempat latihan
isometrik dan latihan-latihan lainnya untuk
khusus. Frekuensi yang diperlukan untuk
memperkuat dan memperpanjang otot-
bertemu dengan terapis lebih jarang. Latihan
otot yang asimetris pada skoliosis.
ini merupakan modifikasi metode Klapp.
Tujuan latihan dengan metode ini ialah
Jika pada metode Klapp latihan dilakukan
untuk memperlambat progresifitas
dalam posisi berlutut, maka pada metode X
kurvatura spinal yang abnormal,
latihan dilakukan dengan posisi berdiri disertai
mengurangi nyeri, meningkatkan kapasitas
fleksi trunkus; sudut fleksi trunkus tergantung
vital, memperbaiki kurvatura yang ada
pada puncak kurvatura.
(meskipun tidak 100 %), memperbaiki
postur dan penampilan, mempertahankan
postur yang telah mengalami perbaikan,
dan menghindari tindakan operasi.

15
The combination of brace and exercises yielded excellent
results. In general, we noted that, in some cases, only exer-
cises or brace alone decreased pain and/or improved pos-
ture, but the most improvement was achieved using both,
with the brace worn longer than eight h ours per day fol-
lowing the exercises.

(PDF) Adult scoliosis treatment combining brace and exercises. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/279874373_Adult_scoliosis_treatme
nt_combining_brace_and_exercises [accessed Jan 03 2019].
TATALAKSANA OPERATIF
Faktor yang harus dipertimbangkan sebelum 3) kurvatura skoliosis >50 meskipun
operasi ialah fungsi paru pasien dengan tidak dirasakan adanya gangguan
penyakit neuromuskuler.
kosmetik;
Operasi pada kasus skoliosis dilakukan atas 4) anak yang tidak menggunakan
indikasi: atau tidak dapat menggunakan
1) pasien telah menjalani perawatan dengan brace;
brace, namun masih mengalami perburukan 5) nyeri terus-menerus yang
kurvatura; mungkin disebabkan oleh skoliosis;
2) terlambat menggunakan brace, yaitu pada 6) skoliosis yang tidak seimbang
pasien dengan kurva >50, usia tulang 15 tahun (unbalanced scoliosis);
untuk perempuan dan 17 tahun untuk laki-laki, 7) gangguan psikologis karena
serta deformitas kurvatura skoliosis yang skoliosis.
sangat berat;
23
Max 22 hours
daily, min 18
hours daily

The results from our study showed that at follow-up the


Surgery Referral was 3/319 of Complete, 1/27 brace
compliance was: brace worn as prescribed (Complete) 61.1%;
removed for 1 month of a year (incomplete A), 4/56
brace removed for 1 month of a year (incomplete A) 5.2%;
brace removed for 2 months of a year (incomplete B),
brace removed for 2 months of a year (incomplete B) 10.7%;
2/74 brace removed during school hours (incomplete C),
brace removed during school hours (incomplete C) 14.2%;
4/46 brace worn overnight only (incomplete D).
brace worn overnight only (incomplete D) 8.8%.

Aulisa AG, Giordano M, Falciglia F, Marzetti E, Poscia A, Guzzanti V. Correlation between compliance and brace treatment in juvenile and
adolescent idiopathic scoliosis: SOSORT 2014 award winner. Scoliosis. 2014;9:6. Published 2014 Jun 13. doi:10.1186/1748-7161-9-6
Before you are discharged from the hospital, your doctor and other members of
the hospital staff will give you additional self-care instructions for you to follow at
home – a list of "dos and don'ts," which you will be asked to follow for the first 6 to
8 weeks of your home recovery.

Follow up with your doctor on a regular basis during this post-operative period.
Make sure to call your doctor if you have any concerns or questions.

With recent advances in technology, most patients are released within a week of
surgery and do not require post-operative bracing. Most patients are able to return
to school or work in 2 to 4 weeks after the surgery and are able to resume all pre-
operative activities within 4 to 6 months. By 9 or 10 months, some people have
even gone back to strenuous activities like gymnastics, soccer, and basketball.
THANK YOU

You might also like