You are on page 1of 39

Avian Influenza

dr. Fadrian, Sp.PD


Etiologi

• Avian influenza virus


– Genus Influenza virus A
– Family Orthomyxoviridae
• Diklasifikasikan menjadi subtipe
berdasarkan antigen permukaan:
– Hemagglutinin : 16 tipe (H)
– Neuraminidase : 9 tipe (N)
Patogenisitas
• High pathogenicity avian influenza (HPAI)
– Menyebabkan dampak penyakit yang berat
– Pada subtipe H5 atau H7
• Low pathogenicity avian influenza (LPAI)
– Menyebabkan dampak penyakit yang ringan
– Pada subtipe H lainnya
Reservoar

• Unggas  merupakan reservoar natural virus


influenza A
• Dapat menjadi karier dari semua antigen H dan
N
• Biasanya dalam bentuk LPAI
• Subtipe yang predominant berganti secara
berkala.
Sejarah di Asia

• H5N1 avian influenza virus


muncul kembali pada tahun 2003-4  pada
unggas
• Terdapat sekitar 470 kasus pada manusia 
dengan mortalitas 60%
Morbiditas dan Mortalitas: Pada
Manusia
• Virus H5N1 Asia
– Mortalitas tinggi (60%)
• Virus H7, H9
– Pelaporan terjadinya penyakit pada manusia
– Menyerupai human influenza
• Antibodi terhadap subtipe H  ditemukan pada
orang yang bekerja kontak dengan unggas.
Transmisi pada TRANSMISSI PADA
unggas liar UNGGAS TERNAK
• Influenza virus  Pada sekelompok unggas
terdapat pada feses, ternak penyebaran
terjadi secara:
saliva dan sekret  Fekal-oral
nasal  Aerosol
 Fomites
• Fecal-oral:
 Vektor mekanik
merupakan metode
penularan utama
• Metode lainnya
– Fekal-kloakal
– Sistem respirasi
Transmisi manusia
• Awalnya dianggap nonpatogen untuk
manusia.
• 1997, Hong Kong
– 18 orang terinfeksi 6 meninggal
– H5N1 virus berhubungan dengan outbreak pada
unggas ternak dan area ternak
• 2003, Belanda
– 83 kasus konfirm pada manusia, 1 meninggal
– Strain H7N7
Inkubasi pada Manusia

• Sulit menentukan waktu inkubasi: WHO


– Diperkirakan 2-17 hari  Merekomendasikan
• Gejala mulai muncul pada hari 2-5 penggunaan periode
inkubasi 7 hari sebagai
waktu untuk investigasi
di lapangan dan
memonitoring kontak
pasien.
Infeksi H5N1 pada Manusia
• Menyebabkan gejala klinis yang berat
– Demam tinggi
– Gejala infeksi saluran pernafasan atas
– Perdarahan mukosa
– Gejala gastrointestinal
• Kondisi pasien dapat memburuk secara cepat
• Gejala pada stadium lanjut
– Gagal organ, DIC
Diagnosis

• RT-PCR
– Tes utama untuk
mengindentifikasi H5N1
• Deteksi antigen/serologi
• Isolasi virus
Penatalaksanaan
• Terapi suportif: antipiretik, oksigen
• Antiviral drugs
– Amantadine
– Rimantadine
– Zanamivir
– Oseltamivir
Pencegahan pada Manusia
• Untuk orang yang bekerja pada area dengan
unggas yang terinfeksi
– Menerapkan personal hygien yang benar.
– Menggunakan masker dan sarung tangan
– Pertimbangkan penggunaan antiviral profilaks
– Vaksinasi human influenza virus
– Hindari kontak dengan unggas mati jiga mengalami
gejala seperti influenza
Pencegahan pada Manusia
• H5N1 hindari kontak dengan:
– Unggas ternak
– Peternakan unggas
– Unggas liar
• Persiapan makanan
– Masak telur dan produk unggas
secara benar dan matang
Perhatian saat terjadinya
Pandemik
• Jika terjadi pandemik:
– Hindari keramaian dan kontak erat dengan
keramaian.
– Gunakan masker dan pelindung lainnya.
– Terapkan personal hygiene (mencuci tangan, cara
batuk dan bersin yang benar)
– Mengkarantina individu yang sakit
– Vaksinasi
MERS
(Middle East
Respiratory Syndrome)

dr. Fadrian, Sp.PD


Definisi
• MERS  infeksi pada sistem respirasi disebabkan
oleh MERS coronavirus (MERS-CoV)

• Pertama kali pada tahun 2012 di Saudi Arabia.


• Jenis coronavirus baru, berbeda dari coronavirus
yang pernah ditemukan.
Sumber Penularan
• Hewan seperti Unta dapat menjadi penular
MERS-CoV.
• Kebanyakan kasus ada riwayat kontak
dengan Unta.
Penyebaran MERS-CoV
• MERS-CoV menyebar dari orang yang
terinfeksi melalui sekret dari sistem respirasi
terutama batuk.
• Dapat terjadi pada orang yang kontak erat
 orang yang merawat ataupun yang
tinggal bersama penderita.
• Penularan dapat terjadi di fasilitas
kesehatan
Faktor Risiko
• Riwayat perjalanan ke negara-negara timur
tengah dalam 14 hari terakhir.
• Kontak erat dan tinggal serumah dengan terduga
sakit dan baru kembali dari perjalan ke negara
timur tengah.
• Kontak erat dengan penderita terkonfirmasi MERS
 petugas kesehatan.
• Petugas kesehatan tidak menggunakan alat
pelindung diri standar
• Memiliki riwayat kontak dengan Unta.
Tersangka kasus/
Person under investigation
a. Pasien dengan demam dan tanda-tanda pneumonia atau
ARDS dengan:
• Riwayat perjalanan dalam 14 hari dari lokasi epidemik
• Kontak erat dengan pelancong yang simtomatik
• Bagian dari sekelompok orang dengan gejala penyakit
saluran nafas akut yang berat.

b. Pasien dengan demam dan gejala penyakit saluran nafas dan


seadang berada di perawatan fasilitas kesehatan (pasien,
petugas ataupun pengunjung dalam 14 hari sebelum onset.
DEFINISI KASUS
• Kasus Konfirm: yang positif secara laboratorium

• Kasus tersangka: PUI tanpa adanya atau hasil lab


yang meragukan untuk adanya infeksi MERS-CoV
Gejala dan Komplikasi
• Kebanyakan pasien yang telah dipastikan terinfeksi MERS- CoV mengalami
gejala infeksi saluran nafas akut seperti:
– Demam
– Batuk
– Sesak nafas
• Sekitar 3-4 dari 10 orang yang terinfeksi MERS-CoV meninggal dunia.
• 96% pasien yang mati memiliki penyakit dasar tertentu (DM, Hipertensi, CHF,
CKD dan menggunakan prednison, usia tua)
• Kebanyakan pasien membutuhkan ventilasi mekanik
• Pada kasus tertentu dapat hanya berupa gejala flu ringan ataupun tidak ada
gejala sama sekali.
• Dapat disertai adanya acute kidney injury
• Dapat disertai gejala saluran cerna: anoreksia, mual muntah, nyeri perut dan
diare.
TEMUAN
Laboratorium
RADIOLOGIS
• Leukopenia • Peningkatan corakan
• Limfopenia bronkoalveolar
• Trombositopenia • Dapat terjadi efusi
• LDH pleura
• Virus dapat diisolasi • Dapat ditemukan
dengan viral load yang adanya infiltrat,
tinggi dari sekret saluran konsolidasi,
nafas bagian bawah peningkatan opasitas
dan perubahan
interstisial
diagnosis

• Dengan metode rRT-PCR, spesimen dapat


diperoleh dari bilasan bronkus, swab nasofaring
atau orofaring.
• Pemeriksaan serologi terutama pada fase akut (<3
minggu)
penatalaksanaan

• Th/ simptomatik, istirahat, terapi cairan, antinyeri


dan oksigenasi.
• Tidak ada antiviral yang direkomendasikan untuk
MERS-CoV
• Penggunaan Ribavirin, interferon alpha-2b masih
kontroversi
• Belum ada vaksin
Pencegahan
• Mencuci tangan dengan sabun dan air minimal 20
detik
• Menutup mulut dan hidung dengan tisu atau sapu
tangan saat batuk/bersin.
• Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
sebelum mencuci tangan.
• Hindari kontak personal seperti ciuman,
menggunakan alat makan bersama dengan orang
yang sakit
• Bersihkan dan lakukan desinfeksi pada benda-
benda yang sering disentuh, seperti gagang pintu.
Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS)
dr. Fadrian, Sp.PD
Sejarah
• November 16, 02: kasus pertama
terjadi di Cina Selatan
• February 14, 03  305 kasus & 5
kematian disebabkan sindrom
pernafasan akut yang belum
diketahui
• March 03  dilaporkan adanya
sebaran di Hong Kong, Singapore &
Vietnam.
• Sindrom ini dinamai sebagai Severe
Acute Respiratory Syndrome,” 
SARS
Etiologi

• SARS-Corona Virus
• Genus Coronavirus, Ordo
Nidovirales: berasal dari
familia virus RNA rantai
tunggal berkapsul dengan
bentuk ireguler, dengan
permukaan ‘club-shaped’
(~20nm)
Transmisi SARS-CoV

• Dari hewan (musang) ke manusia.


• Penyebaran dari manusia-manusia:
– Kontak langsung membran mukosa
(mata, hidung dan mulut)
– Droplet dari sistem respirasi
– Prosedur aerosolisasi (intubasi, nebulisasi
dll)
Anamnesis
• Suspek:
– Demam tinggi suhu >38C
– Satu atau lebih keluhan pernafasan (batuk, sesak
disertai satu atau lebih:
• Kontak dengan pasien tersangka SARS dalam
10 hari terakhir
• Riwayat perjalanan ke area dengan transmisi
SARS
• Bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit
SARS
• Probable: suspek + ro toraks menunjukkan
pneumonia/ARDS
Gejala Klinis

High fever
Manifestasi multiorgan
• Respirasi: ronkhi di basal paru, dyspnu
progresif, saturasi O2 makin turun 
ARDS
• Gastrointestinal: diare, gangguan faal
hepar (SGPT)
• Hematologis: limfopenia, leukositosis,
neutrofilia, trombositopenia
• Kardiovaskuler: hipotensi, takikardi
• Neurologis: kejang  jarang
Radiologis
• Roentgen toraks: peranan paling penting
– Dapat normal pada fase prodormal (80%)
– 70-80% pasien memiliki kelainan radiologis dari Ro
Toraks berupa: konsolidasi fokal, unilateral  meluas
multifokal
Diagnosis

• Anamnesis dan pemeriksaan fisik


• Pemeriksaan penunjang: ro toraks, darah perifer lengkap, faal
hati, CRP, elektrolit, faal ginjal
• Swab hidung, tenggorok
• RT-PCR spesimen dahak, darah, feses
• Isolasi virus : inokulasi dan kultur dari spesimen yang diperoleh
dari pasien.
• Deteksi antibodi:
– IgM dan IgG
– Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
– Immunofluorescence assay (IFA)  hasil dapat positif
setelah 10 hari dari onset
Penatalaksanaan

• Kortikosteroid
– Efek antiinflamasi dan imunosuppresif
– Secara signifikan menunjukkan perbaikan klinis (demam
berkurang) dan perbaikan tampilan radiologis (infiltrat
berkurang).

• Antiviral Agents
– Ribavirin  analog nukleosida. Paling sering digunakan.
– Protease inhibitor: Lopinavir-ritonavir
– Kombinasi dengan ribavirin: memblok replikasi poliprotein
virus  mencegah replikasi RNA

You might also like