You are on page 1of 25

New Insights Into Amblyopia: New

Insights Into Amblyopia: Binocular


Therapy And Noninvasive Brain
Stimulation

Karina Almas Fatin


30101407218
IDENTITAS JURNAL

Judul
New Insights Into Amblyopia: New Insights
Into Amblyopia: Binocular Therapy And
Noninvasive Brain Stimulation
Penulis
Robert F. Hess, DSc, and
Benjamin Thompson, PhD

Penerbit
Journal of AAPOS 2013;17:89-93
Introduction
• Pendekatan terapi untuk amblyopia sekarang ini menimbulkan
beberapa permasalahan. Yang pertama, terapi memang
menyebabkan penyembuhan dari visus monokuler namun karena
terapi ini tidak diatur untuk binokuler, hasil binokulernya seringkali
mengecewakan. Kedua, tingkat pemenuhan atau kepatuhan masih
sangat rendah dan bervariasi. Ketiga, efektivitas terapi diperkirakan
turun dengan bertambahnya usia pasien
• Kami memperdebatkan bahwa pendekatan binokluar untuk terapi
amblyopia mungkin menawarkan pilihan yang lebih efektif dan bahwa
penyembuhan fungsi korteks pada dewasa merupakan suatu tujuan
yang dapat tercapai. Seorang dewasa dengan amblyopia bisa
mendapatkan kembali fungsi visualnya secara sementara sebagai hasil
dari stimulasi magnetik otak transcranial. Suatu metode yang sedang
popular dalam memodulasi mekanisme yang bertanggung jawab
untuk plastisitas otak.
A Binocular Treatment for Amblyopia
• Pasien dengan strabismus atau ansiometropic amblyopia memiliki
kombinasi dari penurunan visus monocular dan penurunan atau
hilangnya fungsi kortikal. Sekarang ini terapi terfokus pada
peningkatan visus pada mata amblyopik dengan harapan bahwa hal
ini akan menghasilkan peningkatan fungsi binocular.
• Bila hal ini bisa dicapai, akuitas visual pada mata amblyopia bisa
diharapkan untuk meningkat sebagai konsekuensi dari status
binocular yang baru.
• Tatalaksana fungsi binocular memerlukan suatu reduksi dari supresi
yang merupakan bagian dari gangguan binocular aslinya dan bisa
menyebabkan amblyopia
Amblyopic Patients’ Capacity to Fuse
• Meskipun peneliti sebelumnya telah menyatakan bahwa pasien
dengan amblyopia tidak timbul sumasi binocular pada frekuensi
spatial tinggi, sehingga tidak memiliki kapabilitas binocular. Namu
kami telah menunjukkan bahwa bila sekali stimulus frekuensi spatial
tinggi ditunjukkan pada masing-masing mata secara seimbang dalam
arti batas kontras, tingkat sumasi binocular normal bisa terjadi.
• Bisa ditarik kesimpulan bahwa deficit sensitivitas kontras yang
mempengaruhi mata amblyopia telah menutupi fakta penting bahwa
pasien dengan amblyopia masih memiliki mekanisme kombinasi
fungsi binocular.
Treating Suppression and Restoring
Binocular Vision
• Kami mengkonversi global motion pada suatu hal yang mungkin,
dalam jangka lama, bisa memegang perhatian dari seorang pasien
muda, misalnya, suatu versi dari video game popular tetris (Tetris
Company, Honolulu, HI).
• Game tersebut dilihat secara dichoptical mata amblyopic hanya
melihat blok-blok jatuh yang tinggi, kontras tetap dan mata yang
sehat hanya melihat lebih superficial pada bagian lantai blok dimana
blok yang jatuh tadi harus diletakkan. Lantai blok tersebut memang
rendah namun memiliki kontras yang bervariasi. Blok yang terletak
lebih dalam dilantai yang kurang relevan juga dilihat oleh kedua mata
untuk membantu penyatuannya.
• Untuk bisa berhasil dalam game, pasien harus mengkombinasikan
informasi dari kedua mata, yang awalnya hanya bisa dilakukan bila
kontras dari mata yang sehat diturunkan secukupnya. Jumlah
penurunan kontras bergantung pada jumlah supresi yang konsisten
dengan prinsip yang diterapkan oleh penelitian awal kami
menggunakan global motion.
• Selama gamenya dimainkan dengan lancar, kontras dari bayangan
yang terlihat dengan mata yang sehat secara perlahan naik hingga
sama dengan mata amblyopicnya. Pasien yang mencapai titik ini bisa
mengkombinasikan informasi dari kedua mata ketika kontras mata
sama untuk setiap mata, mengindikasikan suatu penurunan dari
supresi.
• Pada penelitian kami, hal ini biasanya memerlukan 4-6 minggu dari
memainkan game selama 1-2 jam perhari. Terapi video game ini telah
diterapkan pada hmd dan pada peralatan mobile (iPod, iPhone, iPad;
Apple Inc, Cupertino, CA).
• Pada layar yang dipasang di kepala, anak-anak biasanya memainkan
selama 1 jam tiap hari selama 5 hari, sedangkan orang dewasa
memainkan game iPod untuk usia 10 hingga 19, 1 jam sesi selama
periode 1-3 minggu. Hasil awal dari terapi video game ini telah sangat
menjanjikan, bahkan untuk pasien yang diatas usia dimana patching
konvensional diperkirakan berguna.
• Sebagai contoh, dewasa yang diterapi dengan pendekatan kami
dipaparkan iPod touch demonstrated stereopsis dan mendapat
akuitas visual hanya setelah 4-6 minggu.
• Kami sekarang telah menemukan suatu versi anaglyph dari terapi
yang akan bekerja pada platform mobile yang akan memungkinkan
untuk game selain tetris untuk dimainkan. Hal ini saat ini masih diteliti
pada kota klinis lain di UK, Kanada, New Zealand dan United States.
The Application of Repetitive Transcranial
Magnetic Stimulation (rTMS) to Amblyopia
• Transcranial Magnetic Stimulation (TMSw) merupakan suatu teknik
non invasive yang aman untuk menstimulasi otak manusia. TMS
prinsipnya berdasarkan induksi elektromagnetik, dimana suatu
lapangan magnetic diciptakan didalam gulungan kabel berlapis
plastic yang diletakkan dikepala diatas area korteks untuk distimulasi.
Lapangan magnetic akan menembus otak tanpa terasa sakit dan
menginduksi suatu aliran listrik didalam regio korteks. Bila suatu seri
gelombang dialirkan ke region korteks, suatu teknik yang dikenal
sebagai rTMS, memungkinkan untuk secara sementara merubah
eksitabilitas neural dari region yang distimulasi.
• Melihat melalui mata amblyopia telah dikaitkan dengan penurunan
aktivitas neural didalam korteks visual dan pola abnormal dari inhibisi
akan bermanifestasi sebagai supresi dari mata amblyopia.
• Dalam konteks ini, penelitian mengindikasikan bahwa efek eksitatori
dari rTmS lebih jelas untuk neural circuit yang terhambat (atau
tersupresi) sedangkan efek inhibitori dari rTmS lebih jelas untuk
neuron dengan tingkat eksitasi yang lebih tinggi.
• Bisa disimpulkan bahwa rTmS mungkin mempengaruhi input dari
prosesing korteks dari mata amblyopia dan mata sebelahnya
tergantung dari perbedaan tingkat eksitasi dan inhibisinya, meskipun
input dari kedua mata menunjukkan region umum dari korteks visual.
• Kami melakukin penelitian pertama untuk mengevaluasi efek dari
rTmS pada fungsi visual pada dewasa dengan amblyopia. Suatu
kelompok dari 9 dewasa strabismic dengan amblyopia telah rirekrut.
• Dari keseluruhan, 5 diantaranya juga memiliki anisometropia dan 1
memiliki riwayat deprivasi. Sensitivitas kontras diukur untuk setiap
mata dengan suatu frequensi spasial tinggi dan rendah (frekuensi
spatial diterapkan berdasarkan keparahan dari amblyopia)
menggunakan teknik psychophysical standar.
• Pengukuran dilakukan secara langsung sebelum, setelah, dan 54
menit setelah rTmS. rTmS dipaparkan menuju korteks visual primer
dan juga korteks motoric primer sebagai suatu control.
• rTmS korteks visual meningkatkan ambang batas deteksi kontras pada
pasien dengan rata-rata sekitar 40% dari frekuensi target spatial
tinggi.
• Peningkatan ini bersifat sementara, dengan ambang batas kembali ke
batas bawah 1 minggu kemudian.
• Tidak ada peningkatan signifikan untuk target frekuensi spatial
rendah, penglihatan mata lain, atau stimulasi korteks motorik.
• Hasil ini memperkuat 2 point penting :
• Pertama, sesuai dengan literature basic science tentang pertumbuhan
tubuh, diketahui bahwa korteks visual dewasa tidak memiliki
plastisitas neural yang cukup untuk memungkinkan peningkatan
fungsi mata amblyopic.
• Kedua, karena sifat dari rTmS intervensi, hal ini kemungkinan bahwa
peningkatan ini dimediasi setidaknya pada sebagian dari sistem
neural yang telah ada namun tersupresi didalam korteks visual.
• Penelitian menyarankan bahwa aplikasi dari teknik stimulasi otak
noninvasive untuk amblyopia pada psien yang lebih tua memerlukan
penelitian lebih lanjut.
• Efek dari pemaparan rTmS berulang saat ini masih diteliti dan juga
mungkin bahwa rTmS bisa meningkatkan efek dari terapi saat ini.
rTmS bukan satu satunya teknik stimulasi noninvasive pada otak yang
ada.
• Bukti terbaru menunjukkan bahwa suatu teknik diketrahui sebagai
stimulasi transcranial direct current bisa menurunkan gamma-ami
nobutyric acid supresi interaksi didalam korteks penglihatan manusia
normal sehingga bisa diaplikasikan untuk amblyopia.
Critical Appraisal
•9 orang diintervensi dengan terapi binokular, dan 9 orang lainya
Population diintervensi dengan non invasive stimulation

• Untuk terapi binokular, pasien diminta untuk memainkan video game tetris.
Intervention Sementara untuk terapi non invasive stimulation diberikan RTMS

• Dibandingkan dengan 5 kelompok kontrol dengan penglihatan


Comparation normal yang diberikan 10Hz RTMS

• Pada terapi binokula maupun non invasive stimulation dengan RTMS


Outcomes dapat berpengaruh baik pada pasien ambliopia.
JUDUL & PENGARANG
JUDUL
No. Kriteria & PENGARANG
Ya (+) atau tidak (-)
1 Jumlah kata dalam judul, < 12 kata - (14 kata)

2. Deskripsi Judul Menggambarkan isi utama


penelitian, cukup menarik dan
tanpa singkatan
3. Daftar penulis sesuai aturan jurnal +
4. Korespondensi penulis +
5. Tempat & waktu penelitian dalam judul Tempat -, waktu -

6 Subjek penelitian +
ABSTRAK
Ya (+),
No. Kriteria
Tidak (-)

1. Abstrak 1 paragraf +

2. Secara keseluruhan Informatif +

3. Tanpa singkatan selain yang baku +

4. Kurang dari 250 kata -

5. Tidak menuliskan kutipan pustaka -


PENDAHULUAN
Ya (+),
No. Kriteria
tidak (-)
+ (3
1. Terdiri dari 2 bagian atau 2 paragraf
paragraf)
Paragraf pertama mengemukakan
2. +
alasan dilakukan penelitian

3. Penelitian sebelumnya +

Paragraf ke 2 menyatakan hipotesis


4. +
atau tujuan penelitian

4. Didukung oleh pustaka yang relevan +

5. Kurang dari 1 halaman +


METODE
No. Kriteria Ya (+),tidak (-)
1 Jenis dan rancangan penelitian -
2 Waktu dan tempat penelitian -
3 Populasi sumber dan jumlah sampel +
4 Teknik sampling -
5 Kriteria inklusi & eksklusi +
6 Perincian cara penelitian +
7 Uji statistik p<0.05 -
8 Program komputer -
9 Persetujuan subjektif +
HASIL

No. Kriteria Ya (+),tidak (-)


1 Jumlah subjek +
2 Tabel karakteristik subjek -
3 Tabel hasil penelitian -
4 Komentar dan pendapat penulis tentang hasil +
5 Tabel analisis data dengan uji -
PEMBAHASAN, KESIMPULAN, DAFTAR PUSTAKA
No. Kriteria Ya (+), tidak (-)

1 Pembahasan dan kesimpulan terpisah +

2 Pembahasan & kesimpulan dipaparkan dengan jelas +

3 Pembahasan mengacu dari penelitian sebelumnya +

4 Pembahasan sesuai landasan teori +


5 Keterbatasan penelitian +
6 Simpulan utama +
7 Simpulan berdasarkan penelitian +
8 Saran penelitian -
9 Penulisan daftar pustaka sesuai aturan +

You might also like